JPMorgan Antisipasi Risiko Gagal Bayar Utang AS
JPMorgan Chase & Co, bank investasi Amerika Serikat (AS) mengantisipasi risiko gagal bayar kredit (default) di negeri Paman Sam sebagai dampak dari ancaman kehabisan uang tunai mulai 18 Oktober 2021. Risiko tersebut sebelumnya diungkapkan oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen.
CEO JPMorgan Jamie Dimon mengatakan bank mulai menyiapkan skenario jika gagal bayar terjadi. Begitu pula dengan pengaruhnya ke pasar keuangan AS, rasio permodalan di perusahaan, kontrak klien, hingga peringkat kredit AS.
"Setiap kali ini muncul, itu akan diperbaiki, tetapi kita seharusnya tidak pernah sedekat ini," ungkap Dimon seperti dilansir dari CNN Business, Rabu (29/9).
Kendati begitu, ia menilai antisipasi pada risiko gagal bayar sejatinya tidak murah. "Jika saya ingat dengan benar, terakhir kali kami bersiap untuk ini, kami menghabiskan US$100 juta," ujarnya.
Di sisi lain, JPMorgan menyayangkan ancaman kehabisan uang tunai ini. Apalagi, ancaman ini muncul karena Kongres AS belum juga menyetujui usulan kenaikan plafon utang dari pemerintah.
"Saya hanya berpikir semua ini salah dan suatu hari kita harus memiliki RUU bipartisan dan menyingkirkan plafon utang. Ini semua politik," ucapnya.
Sebelumnya, Menkeu AS Janet Yellen mengatakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu berpotensi kehabisan uang tunai jika Kongres AS tidak segera menyetujui usulan kenaikan plafon utang.
Potensi ini, sambungnya, juga terlihat dari realisasi penerimaan pajak AS. Lebih lanjut, potensi ini turut meningkatkan risiko gagal bayar di pasar keuangan.
"Tidak pasti apakah kita dapat terus memenuhi semua komitmen bangsa setelah tanggal itu (18 Oktober 2021)," tutur Yellen.
[Gambas:Video CNN]
(uli/sfr)
0 Response to "JPMorgan Antisipasi Risiko Gagal Bayar Utang AS"
Post a Comment